Android ( /ˈæn.drɔɪd/; an-droyd) adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk
perangkat seluler layar sentuh seperti telepon pintar dankomputer tablet.[11] Android awalnya
dikembangkan oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya
pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun 2007,
bersamaan dengan didirikannya Open
Handset Alliance, konsorsium dari perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang
bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat seluler. Ponsel
Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober 2008.
Antarmuka
pengguna Android didasarkan pada manipulasi langsung,
menggunakan masukan sentuh yang serupa dengan tindakan di dunia nyata, seperti
menggesek, mengetuk, mencubit, dan membalikkan cubitan untuk memanipulasi obyek
di layar. Android adalah sistem operasi dengansumber terbuka, dan Google merilis
kodenya di bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber
terbuka dan lisensi perizinan pada Android memungkinkan perangkat lunak untuk
dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat,
operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki
sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi (apps) yang memperluas
fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam versi kustomisasi bahasa
pemrograman Java. Pada bulan Oktober 2012,
ada sekitar 700.000 aplikasi yang tersedia untuk Android, dan sekitar 25 juta
aplikasi telah diunduh dari Google Play, toko aplikasi utama
Android. Sebuah survey pada bulan April-Mei 2013 menemukan bahwa Android adalah
platform paling populer bagi para pengembang, digunakan oleh 71% pengembang
aplikasi seluler.
Faktor-faktor di atas telah memberikan
kontribusi terhadap perkembangan Android, menjadikannya sebagai sistem operasi
telepon pintar yang paling banyak digunakan di dunia, mengalahkan Symbian pada tahun 2010. Android
juga menjadi pilihan bagi perusahaan teknologi yang menginginkan sistem operasi
berbiaya rendah, bisa dikustomisasi, dan ringan untuk perangkat berteknologi
tinggi tanpa harus mengembangkannya dari awal. Akibatnya, meskipun pada
awalnya sistem operasi ini dirancang khusus untuk telepon pintar dan tablet,
Android juga dikembangkan menjadi aplikasi tambahan di televisi, konsol permainan, kamera digital, dan perangkat elektronik
lainnya. Sifat Android yang terbuka telah mendorong munculnya sejumlah besar
komunitas pengembang aplikasi untuk menggunakan kode sumber terbuka sebagai
dasar proyek pembuatan aplikasi, dengan menambahkan fitur-fitur baru bagi
pengguna tingkat lanjut atau mengoperasikan Android pada perangkat yang secara
resmi dirilis dengan menggunakan sistem operasi lain.
Pada November 2013, Android menguasai pangsa
pasar telepon pintar global, yang dipimpin oleh produk-produk Samsung, dengan persentase 64%
pada bulan Maret 2013. Pada Juli 2013, terdapat 11.868 perangkat Android berbeda
dengan beragam versi. Keberhasilan sistem operasi ini juga menjadikannya
sebagai target ligitasi paten "perang
telepon pintar"
antar perusahaan-perusahaan teknologi. Hingga bulan Mei 2013,
total 900 juta perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia, dan 48
miliar aplikasi telah dipasang dari Google Play. Pada tanggal 3 September 2013,
1 miliar perangkat Android telah diaktifkan.
Sejarah
Android, Inc. didirikan di Palo Alto, California, pada bulan Oktober 2003 oleh Andy
Rubin (pendiri Danger),
Rich Miner (pendiri Wildfire Communications, Inc.), Nick Sears (mantan VP T-Mobile), dan
Chris White (kepala desain dan pengembangan antarmuka WebTV) untuk
mengembangkan "perangkat seluler pintar yang lebih sadar akan lokasi dan
preferensi penggunanya".Tujuan awal pengembangan Android adalah untuk
mengembangkan sebuah sistem operasi canggih yang diperuntukkan bagi kamera
digital, namun kemudian disadari bahwa pasar untuk perangkat tersebut
tidak cukup besar, dan pengembangan Android lalu dialihkan bagi pasar telepon
pintar untuk menyaingi Symbian dan Windows
Mobile (iPhone Apple belum dirilis pada saat itu). Meskipun para pengembang Android
adalah pakar-pakar teknologi yang berpengalaman, Android Inc. dioperasikan
secara diam-diam, hanya diungkapkan bahwa para pengembang sedang menciptakan
sebuah perangkat lunak yang diperuntukkan bagi telepon seluler. Masih pada
tahun yang sama, Rubin kehabisan uang. Steve Perlman, seorang
teman dekat Rubin, meminjaminya $10.000 tunai dan menolak tawaran saham di
perusahaan.
Google mengakuisisi Android Inc. pada tanggal 17
Agustus 2005, menjadikannya sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki
oleh Google. Pendiri Android Inc. seperti Rubin, Miner dan White tetap bekerja
di perusahaan setelah diakuisisi oleh Google Setelah itu, tidak banyak yang
diketahui tentang perkembangan Android Inc., namun banyak anggapan yang
menyatakan bahwa Google berencana untuk memasuki pasar telepon seluler dengan
tindakannya ini. Di Google, tim yang dipimpin oleh Rubin mulai mengembangkan
platform perangkat seluler dengan menggunakan kernel
Linux. Google memasarkan platform tersebut kepada produsen perangkat
seluler dan operator nirkabel, dengan
janji bahwa mereka menyediakan sistem yang fleksibel dan bisa diperbarui.
Google telah memilih beberapa mitra perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras,
serta mengisyaratkan kepada operator seluler bahwa kerjasama ini terbuka bagi
siapapun yang ingin berpartisipasi.
HTC
Dream, ponsel Android pertama.
Spekulasi tentang niat Google
untuk memasuki pasar komunikasi seluler terus berkembang hingga bulan Desember
2006. BBC dan Wall Street Journal melaporkan bahwa Google sedang bekerja keras
untuk menyertakan aplikasi dan mesin
pencarinya di
perangkat seluler. Berbagai media cetak dan media daring mengabarkan bahwa
Google sedang mengembangkan perangkat seluler dengan merek Google. Beberapa di
antaranya berspekulasi bahwa Google telah menentukan spesifikasi teknisnya,
termasuk produsen telepon seluler dan operator jaringan. Pada bulan Desember
2007, InformationWeek melaporkan bahwa Google telah mengajukan
beberapa aplikasi paten di bidang telepon seluler.
Pada tanggal 5 November 2007, Open Handset Alliance (OHA) didirikan. OHA adalah konsorsium dari perusahaan-perusahaan teknologi seperti
Google, produsen perangkat seluler seperti HTC, Sony dan Samsung, operator
nirkabel seperti Sprint
Nextel dan T-Mobile, serta
produsen chipset seperti Qualcomm dan Texas
Instruments. OHA sendiri bertujuan untuk mengembangkan standar
terbuka bagi
perangkat seluler Saat itu, Android diresmikan sebagai produk pertamanya;
sebuah platform perangkat seluler yang menggunakan kernel
Linux versi
2.6. Telepon seluler komersial
pertama yang menggunakan sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang
diluncurkan pada 22 Oktober 2008.
Pada tahun 2010, Google merilis
seri Nexus;
perangkat telepon pintar dan tablet dengan sistem operasi Android yang
diproduksi oleh mitra produsen telepon seluler seperti HTC, LG, dan
Samsung. HTC bekerjasama dengan Google dalam merilis produk telepon pintar
Nexus pertama, yakni Nexus
One. Seri ini telah diperbarui dengan perangkat yang lebih baru,
misalnya telepon pintar Nexus 4 dan tablet Nexus
10 yang
diproduksi oleh LG dan Samsung. Pada
13 Maret 2013, Larry
Page mengumumkan
dalam postingan blognya bahwa Andy Rubin telah pindah dari divisi Android untuk
mengerjakan proyek-proyek baru di Google. Ia digantikan oleh Sundar
Pichai, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala divisi Google Chrome,
yang mengembangkan Chrome
OS.
Sejak tahun 2008, Android secara
bertahap telah melakukan sejumlah pembaruan untuk
meningkatkan kinerja sistem operasi, menambahkan fitur baru, dan memperbaiki bug yang terdapat pada versi sebelumnya. Setiap
versi utama yang dirilis dinamakan secara alfabetis berdasarkan nama-nama
makanan pencuci mulut atau cemilan bergula; misalnya, versi 1.5 bernama Cupcake, yang kemudian diikuti
oleh versi 1.6 Donut.
Versi terbaru adalah 4.4 KitKat,
yang dirilis pada 31 Oktober 2013.
Antarmuka
Layar
notifikasi pada ponsel Android.
Antarmuka pengguna pada Android
didasarkan pada manipulasi
langsung, menggunakan masukan sentuh yang serupa dengan tindakan di dunia
nyata, misalnya menggesek (swiping), mengetuk (tapping), dan
mencubit (pinching), untuk memanipulasi obyek di layar. Masukan pengguna direspon dengan cepat
dan juga tersedia antarmuka sentuh layaknya permukaan air, seringkali
menggunakan kemampuan getaran perangkat untuk memberikan umpan balik haptikkepada
pengguna. Perangkat
keras internal
seperti akselerometer, giroskop, dan sensor proksimitas digunakan oleh beberapa aplikasi untuk
merespon tindakan pengguna, misalnya untuk menyesuaikan posisi layar dari
potret ke lanskap, tergantung pada bagaimana perangkat diposisikan, atau
memungkinkan pengguna untuk mengarahkan kendaraan saat bermain balapan dengan
memutar perangkat sebagai simulasi kendali setir.
Ketika dihidupkan, perangkat
Android akan memuat pada layar depan (homescreen), yakni navigasi utama
dan pusat informasi pada perangkat, serupa dengandesktop pada komputer
pribadi. Layar depan Android biasanya terdiri dari ikon aplikasi dan widget; ikon
aplikasi berfungsi untuk menjalankan aplikasi terkait, sedangkan widget menampilkan
konten secara langsung dan terbarui otomatis, misalnya prakiraan cuaca, kotak
masuk surel pengguna, atau menampilkan tiker berita
secara langsung dari layar depan. Layar
depan bisa terdiri dari beberapa halaman, pengguna dapat menggeser bolak balik
antara satu halaman ke halaman lainnya, yang memungkinkan pengguna Android
untuk mengatur tampilan perangkat sesuai dengan selera mereka. Beberapa
aplikasi pihak ketiga yang tersedia di Google
Play dan di
toko aplikasi lainnya secara ekstensif mampu mengatur kembali tema layar depan
Android, dan bahkan bisa meniru tampilan sistem operasi lain, misalnya Windows
Phone.Kebanyakan produsen telepon seluler dan
operator nirkabel menyesuaikan tampilan perangkat Android buatan mereka untuk
membedakannya dari pesaing mereka.
Di bagian atas layar terdapat
status bar, yang menampilkan informasi tentang perangkat dan konektivitasnya.
Status bar ini bisa "ditarik" ke bawah untuk membuka layar notifikasi
yang menampilkan informasi penting atau pembaruan aplikasi, misalnya surel
diterima atau SMS masuk, dengan cara tidak mengganggu kegiatan pengguna pada
perangkat. Pada versi awal
Android, layar notifikasi ini bisa digunakan untuk membuka aplikasi yang relevan,
namun setelah diperbarui, fungsi ini semakin disempurnakan, misalnya kemampuan
untuk memanggil kembali nomor telepon dari notifikasi panggilan tak terjawab
tanpa harus membuka aplikasi utama. Notifikasi
ini akan tetap ada sampai pengguna melihatnya, atau dihapus dan di nonaktifkan
oleh pengguna.
Aplikasi
Android memungkinkan penggunanya
untuk memasang aplikasi pihak ketiga, baik yang diperoleh dari toko aplikasi
seperti Google
Play, Amazon Appstore, ataupun
dengan mengunduh dan memasang berkas APK dari
situs pihak ketiga. Di Google
Play, pengguna bisa menjelajah, mengunduh, dan memperbarui aplikasi yang
diterbitkan oleh Google dan pengembang pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan
kompatibilitas Google. Google Play akan menyaring daftar aplikasi yang tersedia
berdasarkan kompatibilitasnya dengan perangkat pengguna, dan pengembang dapat
membatasi aplikasi ciptaan mereka bagi operator atau negara tertentu untuk
alasan bisnis. Pembelian aplikasi
yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna dapat dikembalikan dalam waktu 15 menit
setelah pengunduhan. Beberapa
operator seluler juga menawarkan tagihan langsung untuk pembelian aplikasi di
Google Play dengan cara menambahkan harga pembelian aplikasi pada tagihan
bulanan pengguna. Pada bulan
September 2012, ada lebih dari 675.000 aplikasi yang tersedia untuk Android,
dan perkiraan jumlah aplikasi yang diunduh dari Play Store adalah 25 miliar.
Aplikasi Android dikembangkan
dalam bahasa pemrograman Java dengan menggunakan kit pengembangan perangkat lunak
Android (SDK).
SDK ini terdiri dari seperangkat perkakas pengembangan, termasuk debugger, perpustakaan
perangkat lunak, emulator handset yang berbasis QEMU, dokumentasi, kode sampel, dan
tutorial. Didukung secara resmi oleh lingkungan pengembangan terpadu (IDE) Eclipse, yang menggunakan plugin
Android Development Tools (ADT). Perkakas pengembangan lain yang tersedia di
antaranya adalah Native Development Kit untuk aplikasi atau ekstensi dalam C atau
C++, Google App Inventor,
lingkungan visual untuk pemrogram pemula, dan berbagai kerangka kerja aplikasi
web seluler lintas platform.
Dalam rangka menghadapi penyensoran Internet di
Republik Rakyat Cina, perangkat Android yang dijual di RRC umumnya disesuaikan dengan
layanan yang disetujui oleh negara.
Pengelolaan
memori
Karena perangkat Android umumnya
bertenaga baterai, Android
dirancang untuk mengelola memori (RAM) guna
menjaga konsumsi daya minimal, berbeda dengan sistem operasi desktop yang bisa
terhubung pada sumber daya listrik tak terbatas. Ketika sebuah aplikasi Android
tidak lagi digunakan, sistem secara otomatis akan menangguhkannya (suspend)
dalam memori – secara teknis aplikasi tersebut masih "terbuka",
namun dengan ditangguhkan, aplikasi tidak akan mengkonsumsi sumber daya
(misalnya daya baterai atau daya pemrosesan), dan akan "diam" di
latar belakang hingga aplikasi tersebut digunakan kembali. Cara ini memiliki
manfaat ganda, tidak hanya meningkatkan respon perangkat Android karena
aplikasi tidak perlu ditutup dan dibuka kembali dari awal setiap saat, tetapi
juga memastikan bahwa aplikasi yang berjalan di latar belakang tidak
menghabiskan daya secara sia-sia.
Android mengelola aplikasi yang
tersimpan di memori secara otomatis: ketika memori lemah, sistem akan
menonaktifkan aplikasi dan proses yang tidak aktif untuk sementara waktu,
aplikasi akan dinonaktifkan dalam urutan terbalik, dimulai dari yang terakhir
digunakan. Proses ini tidak terlihat oleh pengguna, jadi pengguna tidak perlu
mengelola memori atau menonaktifkan aplikasi secara manual. Namun, kebingungan
pengguna atas pengelolaan memori pada Android telah menyebabkan munculnya beberapa
aplikasi task killer pihak ketiga yang populer di Google
Play.
Persyaratan perangkat
keras
Hingga November 2013, versi
terbaru Android membutuhkan setidaknya 512 MB RAM,prosesor ARMv7 32-bit, arsitektur MIPS, atau x86,serta unit pemroses grafis (GPU) kompatibelOpenGL ES 2.0.
Platform perangkat
keras utama
pada Android adalah arsitektur
ARM. Ada juga dukungan untuk x86 dari proyek Android-x86, dan Google
TV menggunakan
versi x86 khusus Android. Pada tahun 2013, Freescale mengumumkan melibatkan Android dalam prosesor i.MX buatannya, yakni seri i.MX5X dan i.MX6X. Pada 2012, prosesor Intel juga mulai muncul pada platform utama
Android, misalnya pada telepon seluler.
Beberapa komponen perangkat keras
tidak diperlukan, namun sudah menjadi standar di perangkat tertentu. Beberapa
fitur awalnya dibutuhkan sebagai persyaratan, namun kemudian ditiadakan. Setelah
Android menjadi OS telepon pintar, beberapa perangkat keras, seperti mikrofon, lambat
laun berubah menjadi perangkat opsional. Selain itu, kamera ditetapkan sebagai perangkat wajib bagi
ponsel-ponsel Android. Perangkat Android menggabungkan berbagai komponen
perangkat keras opsional, termasuk kamera video, GPS, sensor orientasi
perangkat keras, kontrol permainan, akselerometer, giroskop, barometer,
magnetometer, sensor proksimitas, sensor tekanan, termometer, dan layar
sentuh.
Android mendukung OpenGL ES 1.1,
2.0, dan 3.0. Beberapa aplikasi secara eksplisit mengharuskan versi tertentu
dari OpenGL ES, sehingga perangkat keras GPU yang cocok diperlukan bagi
perangkat Android untuk menjalankan aplikasi tertentu.
Pengembangan
Android dikembangkan secara
pribadi oleh Google sampai perubahan terbaru dan pembaruan siap untuk dirilis,
dan informasi mengenai kode sumber juga mulai diungkapkan kepada publik. Kode
sumber ini hanya akan berjalan tanpa modifikasi pada perangkat tertentu,
biasanya pada seri Nexus. Ada binari tersendiri yang disediakan oleh produsen agar
Android bisa beroperasi.
Logo Android yang berwarna hijau
awalnya dirancang untuk Google pada tahun 2007 oleh desainer grafis Irina Blok.
Tim desain ditugaskan dengan sebuah proyek untuk membuat sebuah ikon universal
yang mudah dikenali dengan menyertakan ikon robot secara spesifik dalam desain akhir. Setelah
sejumlah perkembangan desain yang didasarkan pada tema-tema fiksi
ilmiah dan film
luar angkasa, tim akhirnya mendapat inspirasi dari simbol manusia yang terdapat
di pintu toilet, dan memodifikasi bentuknya menjadi bentuk robot. Karena
Android adalah perangkat lunak sumber
terbuka, disepakati bahwa logo tersebut juga harus terbuka, dan sejak
diluncurkan, logo hijau tersebut telah didesain ulang kembali dalam berbagai
variasi yang tak terhitung jumlahnya.
Jadwal
pembaruan
Google menyediakan pembaruan
utama bagi versi Android, dengan jangka waktu setiap enam sampai sembilan
bulan. Sebagian besar perangkat mampu menerima pembaruan melalui
udara (OTA). Pembaruan
utama terbaru adalah Android 4.4 KitKat.
Dibandingkan dengan sistem
operasi seluler saingan utamanya, yaitu iOS,
pembaruan Android biasanya lebih lambat diterima oleh perangkat penggunanya.
Untuk perangkat selain merek Nexus, pembaruan biasanya baru bisa diterima dalam
waktu berbulan-bulan setelah dirilisnya versi resmi. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya variasi perangkat
keras Android,
sehingga setiap pembaruan harus disesuaikan secara khusus, misalnya: kode
sumber resmi Google hanya berjalan pada perangkat Nexus. Porting Android pada perangkat keras tertentu yang
dilakukan oleh produsen telepon seluler membutuhkan waktu dan proses, para
produsen ini umumnya mengutamakan perangkat terbaru mereka untuk menerima
pembaruan, dan mengenyampingkan perangkat lama. Oleh sebab itu, telepon pintar lama
seringkali tidak diperbarui jika produsen memutuskan bahwa itu hanya
menghabiskan waktu, meskipun sebenarnya perangkat tersebut mampu menerima
pembaruan. Masalah ini diperparah ketika produsen menyesuaikan Android dengan
antarmuka dan aplikasi ciptaan mereka, yang mana ini harus diterapkan kembali
untuk setiap perilisan terbaru. Penundaan lainnya juga bisa disebabkan oleh
operator nirkabel; setelah menerima pembaruan dari produsen ponsel, operator
akan menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka, misalnya melakukan pengujian
ekstensif terhadap jaringan sebelum mengirim pembaruan kepada pengguna.
Kurangnya dukungan
pasca-penjualan dari produsen ponsel dan operator telah menimbulkan kritikan
dari para konsumen dan media teknologi. Beberapa
pengkritik menyatakan bahwa industri memiliki motif keuangan untuk tidak memperbarui
perangkat mereka, seperti tidak adanya pembaruan bagi perangkat lama dan
memperbarui perangkat yang baru dengan tujuan meningkatkan penjualan, sikap yang mereka sebut
"menghina".The Guardian melaporkan
bahwa metode pembaruan yang rumit terjadi karena produsen ponsel dan
operator-lah yang telah merancangnya seperti itu.[ Pada 2011, Google, yang bekerjasama dengan
sejumlah perusahaan industri, membentuk "Android Update Alliance",
dengan janji bahwa mereka akan memberikan pembaruan secara tepat waktu bagi
setiap perangkat dalam jangka 18 bulan setelah dirilisnya versi resmi. Sejak
didirikan hingga tahun 2013, organisasi ini tak pernah disebut-sebut lagi. Google
kemudian mulai memperbarui aplikasinya, termasuk Google
Maps dan Google Play Music, sebagai
aplikasi independen yang terpisah dari Android, dan juga memperkenalkan
komponen tingkat-sistem yang menyediakan API bagi aplikasi Google, yang terpasang otomatis
dan diperbarui secara langsung oleh Google melalui Google
Play, serta mendukung hampir semua perangkat Android dengan versi di
atas 2.2.
Kernel
Linux
Hingga November 2013, Android menggunakan kernel yang
berbasis kernel Linux versi 3.x (versi 2.6 pada Android
4.0 Ice Cream Sandwich dan pendahulunya). Peranti tengah,
perpustakaan perangkat lunak, dan API ditulis dalam C, dan perangkat lunak aplikasiberjalan
pada kerangka kerja
aplikasi, termasuk perpustakan kompatibel-Java yang berbasis Apache Harmony. Android
menggunakanmesin virtual Dalvik dengan kompilasi tepat waktu untuk
menjalankan 'dex-code' Dalvik (Dalvik Executable), biasanya diterjemahkan darikodebita Java.
Arsitektur kernel Linux pada
Android telah diubah oleh Google, berbeda dengan siklus pengembangan kernel
Linux biasa. Secara standar, Android tidak memiliki X
Window System asli
ataupun dukungan set lengkap dari perpustakaan GNU standar. Oleh sebab itu, sulit untuk memporting perpustakaan atau aplikasi Linux pada
Android. Dukungan untuk aplikasi
simpel C dan SDL bisa dilakukan dengan cara menginjeksi shim Java dan menggunakan JNI, misalnya pada port Jagged Alliance 2 untuk Android.
Salah satu fitur yang coba
disumbangkan oleh Google untuk kernel Linux adalah fitur manajemen daya yang
disebut "wakelocks", namun fitur ini ditolak oleh pengembang kernel
utama karena mereka merasa bahwa Google tidak menunjukkan niatnya untuk
mengembangkan kodenya sendiri. Pada
bulan April 2010, Google mengumumkan bahwa mereka akan menyewa dua karyawan
untuk mengembangkan komunitas kernel Linux, namun, Greg Kroah-Hartman,
pengelola kernel Linux versi stabil, menyatakan pada bulan Desember 2010; ia
khawatir bahwa Google tak lagi berusaha untuk mengubah kode utama Linux. Beberapa
pengembang Android di Google mengisyaratkan bahwa "tim Android sudah mulai
jenuh dengan proses ini", karena mereka hanyalah tim kecil dan dipaksa
untuk melakukan pekerjaan yang mendesak demi keberlangsungan Android.
Pada Agustus 2011, Linus
Torvalds menyatakan:
"akhirnya Android dan Linux akan kembali pada kernel umum, tapi mungkin
untuk empat atau lima tahun kedepan". Pada
Desember 2011, Greg Kroah-Hartman mengumumkan dimulainya Android Mainlining
Project, yang bertujuan untuk mengembalikan beberapa pemacu, patch,
dan fitur Android pada kernel Linux, yang dimulai dengan Linux 3.3. Setelah upaya sebelumnya gagal, Linux
akhirnya menyertakan fitur wakelocks dan autosleep pada kernel 3.5.
Antarmukanya masih sama, namun implementasi Linux yang baru memiliki dua mode suspend (penangguhan) berbeda: penangguhan ke
penyimpanan (penangguhan tradisional yang digunakan oleh Android), dan
penangguhan ke cakram (hibernasi, serupa dengan fitur yang ada pada desktop). Penyertaan
fitur baru ini akan rampung pada Kernel 3.8, Google telah membuka repositori
kode publik yang berisi karya eksperimental mereka untuk mendesain ulang
Android dengan Kernel 3.8.
Memori
kilat (flash
storage) pada perangkat Android dibagi menjadi beberapa partisi, misalnya
"/system" untuk sistem operasi, dan "/data" untuk
pemasangan aplikasi dan data pengguna.Berbeda dengan distribusi desktop Linux,
pemilik perangkat Android tidak diberikan akses root pada sistem operasi, dan partisi sensitif
seperti /system bersifat hanya-baca. Namun,
akses root dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan kelemahan keamanan pada
Android, cara ini sering digunakan oleh komunitas
sumber terbuka untuk
meningkatkan kinerja perangkat mereka, namun juga bisa dimanfaatkan oleh pihak
yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan virus dan perangkat
perusak.
Terkait dengan masalah apakah
Android bisa digolongkan ke dalam distribusi Linux masih diperdebatkan secara
luas. Linux Foundation dan Chris DiBona, kepala sumber terbuka Google,
mendukung hal ini. Sedangkan yang lainnya, seperti teknisi Google Patrick
Brady, menentangnya, ia beralasan bahwa Android kurang mendukung sebagian besar
perkakas GNU,
termasuk glibc.
Komunitas
sumber terbuka
Android memiliki komunitas
pengembang dan penggemar aktif yang menggunakan kode sumber Android untuk
mengembangkan dan mendistribusikan versi modifikasi Android buatan mereka. Komunitas
pengembang ini seringkali memberikan pembaruan dan fitur-fitur baru bagi
perangkat lebih cepat jika dibandingkan dengan produsen/operator, meskipun
pembaruan tersebut tidak menjalani pengujian ekstensif atau tidak memiliki
jaminan kualitas. Mereka berupaya
untuk terus memberikan dukungan bagi perangkat-perangkat lama yang tak lagi
menerima pembaruan resmi, ataupun memodifikasi perangkat Android agar bisa
berjalan dengan menggunakan sistem operasi lain, misalnya HP
TouchPad. Komunitas ini seringkali merilis pembaruan bagi perangkat pra-rooted, dan
berisi modifikasi yang tidak cocok bagi pengguna non-teknis, misalnya kemampuan
untuk overclock atau over/undervolt prosesor perangkat. CyanogenMod adalah perangkat
tegar (firmware)
komunitas yang paling banyak digunakan, dan menjadi dasar bagi sejumlah firmware lainnya.
Secara historis, produsen
perangkat dan operator seluler biasanya tidak mendukung pengembangan firmware oleh pihak ketiga. Produsen khawatir
bahwa akan muncul fungsi yang tidak sesuai jika perangkat menggunakan perangkat
lunak yang
tidak resmi, sehingga akan menyebabkan munculnya biaya tambahan. Selain itu, firmware modifikasi seperti CyanogenMod
kadang-kadang menawarkan fitur yang membuat operator harus mengeluarkan biaya
premium, misalnya tethering.
Akibatnya, kendala teknis seperti terkuncinya bootloader dan terbatasnya akses untukroot umumnya bisa ditemui di kebanyakan
perangkat Android. Namun, perangkat lunak buatan komunitas pengembang semakin
populer, dan setelah Kongres Pustakawan Amerika Serikat mengijinkan "jailbreaking"
perangkat seluler, produsen ponsel dan operator mulai memperlunak sikap mereka
terhadap pengembang pihak ketiga. Beberapa produsen ponsel, termasuk HTC, Motorola, Samsung dan Sonymulai memberikan dukungan dan
mendorong pengembangan perangkat lunak pihak ketiga. Sebagai hasilnya, kendala pembatasan
perangkat keras untuk
memasang firmware tidak resmi mulai berkurang secara
bertahap setelah meningkatnya jumlah perangkat yang memiliki kemampuan untuk
membuka bootloader, sama
dengan seri ponsel Nexus, meskipun pengguna harus kehilangan garansi perangkat mereka jika melakukannya. Akan tetapi, meskipun produsen ponsel telah
menyetujui pengembangan perangkat lunak pihak ketiga, beberapa operator seluler
di Amerika
Serikat masih
mewajibkan ponsel penggunanya untuk "dikunci".
Kemampuan untuk membuka dan
meretas sistem pada telepon pintar dan tablet terus menjadi sumber perdebatan
antar komunitas pengembang dan industri; komunitas beralasan bahwa pengembangan
tidak resmi dilakukan karena industri gagal memberikan pembaruan yang tepat
waktu bagi pengguna, atau untuk tetap melanjutkan dukungan versi terbaru bagi
perangkat lama mereka.
Keamanan dan privasi
Aplikasi Android berjalan di sandbox, sebuah
area terisolasi yang tidak memiliki akses pada sistem, kecuali izin akses yang
secara eksplisit diberikan oleh pengguna ketika memasang aplikasi. Sebelum
memasang aplikasi, Play
Store akan
menampilkan semua izin yang diperlukan, misalnya: sebuah permainan perlu mengaktifkan
getaran atau menyimpan data pada Kartu SD, tapi tidak perlu izin untuk membaca SMS
atau mengakses buku telepon. Setelah meninjau izin tersebut, pengguna dapat
memilih untuk menerima atau menolaknya, dan bisa memasang aplikasi hanya jika
mereka menerimanya.
Sistem sandbox dan perizinan pada Android bisa
mengurangi dampak kerentanan terhadap bug pada aplikasi, namun ketidaktahuan pengembang
dan terbatasnya dokumentasi telah menghasilkan aplikasi yang secara rutin
meminta izin yang tidak perlu, sehingga mengurangi efektivitasnya. Beberapa perusahaan keamanan perangkat
lunak seperti Avast, Lookout Mobile Security, AVG Technologies, dan McAfee, telah merilis perangkat lunak
antivirus ciptaan mereka untuk perangkat Android. Perangkat lunak ini
sebenarnya tidak bekerja secara efektif karena sandbox juga bekerja pada aplikasi tersebut,
sehingga membatasi kemampuannya untuk memindai sistem secara lebih mendalam.
Hasil penelitian perusahaan
keamanan Trend
Micro menunjukkan
bahwa penyalahgunaan layanan premium adalah tipe perangkat
perusak (malware)
paling umum yang menyerang Android; pesan teks akan dikirim dari ponsel yang
telah terinfeksi ke nomor telepon premium tanpa persetujuan atau sepengetahuan
pengguna. Perangkat perusak lainnya akan menampilkan iklan yang tidak
diinginkan pada perangkat, atau mengirim informasi pribadi pada pihak ketiga
yang tak berwenang. Ancaman keamanan pada Android dilaporkan tumbuh secara
bertahap, namun teknisi di Google menyatakan bahwa perangkat perusak dan
ancaman virus pada Android hanya dibesar-besarkan oleh perusahaan antivirus
untuk alasan komersial, dan menuduh industri antivirus memanfaatkan situasi
tersebut untuk menjual produknya kepada pengguna. Google menegaskan bahwa
keberadaan perangkat perusak berbahaya pada Android sebenarnya sangat jarang, dan
survei yang dilakukan oleh F-Secure menunjukkan bahwa hanya 0,5% dari perangkat
perusak Android yang berasal dari Google Play.
Google baru-baru ini menggunakan
pemindai perangkat perusak Google Bouncer untuk mengawasi dan memindai aplikasi di
Google Play. Tindakan ini
bertujuan untuk menandai aplikasi yang mencurigakan dan memperingatkan pengguna
atas potensi masalah pada aplikasi sebelum mereka mengunduhnya. Android versi
4.2 Jelly Bean dirilis pada tahun 2012 dengan fitur
keamanan yang ditingkatkan, termasuk pemindai perangkat perusak yang disertakan
dalam sistem; pemindai ini tidak hanya memeriksa aplikasi yang dipasang dari
Google Play, namun juga bisa memindai aplikasi yang diunduh dari situs-situs
pihak ketiga. Sistem akan memberikan peringatan yang memberitahukan pengguna
ketika aplikasi mencoba mengirim pesan teks premium, dan memblokir pesan
tersebut, kecuali jika pengguna mengijinkannya.
Telepon pintar Android memiliki
kemampuan untuk melaporkan lokasi titik akses Wi-Fi,
terutama jika pengguna sedang bepergian, untuk menciptakan basis data yang
berisi lokasi fisik dari ratusan juta titik akses tersebut. Basis data ini
membentuk peta elektronik yang bisa memosisikan lokasi telepon pintar. Hal ini
memungkinkan pengguna untuk menjalankan aplikasi sepertiFoursquare, Google
Latitude, Facebook Places, dan
untuk mengirimkan iklan berbasis lokasi. Beberapa
perangkat lunak pemantau pihak ketiga juga bisa mendeteksi saat informasi
pribadi dikirim dari aplikasi ke server jarak jauh. Sifat sumber terbuka
Android memungkinkan perusahaan keamanan untuk menyesuaikan perangkat dengan
penggunaan yang sangat aman. Misalnya, Samsung bekerjasama dengan General
Dynamics melalui proyek "Knox" Open Kernel Labs.
Pada September 2013, terungkap
bahwa badan intelijen Amerika Serikat dan Britania; NSA dan Government
Communications Headquarters (GCHQ),
memiliki akses terhadap data pengguna pada perangkat iPhone, Blackberry, dan
Android. Mereka bisa membaca hampir keseluruhan informasi pada telepon pintar,
termasuk SMS, lokasi, surel, dan
catatan.
Lisensi
Izin
diperlukan untuk mengontrol akses aplikasi tertentu terhadap sistem.
Kode
sumber untuk
Android tersedia di bawah lisensi perangkat
lunak sumber terbuka dan bebas. Google menerbitkan sebagian
besar kode (termasuk kode jaringan dan telepon) di bawah Lisensi
Apache versi
2.0. Sisanya, perubahan kernel
Linux berada di
bawah GNU General Public License versi 2.Open Handset Alliance mengembangkan perubahan kernel Linux dengan
kode sumber terbuka yang dipubikasikan setiap saat. Selebihnya, Android
dikembangkan secara pribadi oleh Google, dengan
kode sumber yang diterbitkan untuk umum ketika versi baru diluncurkan. Biasanya
Google bekerjasama dengan produsen perangkat keras untuk mengembangkan sebuah
perangkat "andalan" (misalnya seri Google Nexus) yang disertai dengan
versi baru Android, kemudian menerbitkan kode sumbernya setelah perangkat
tersebut dirilis.
Pada awal 2011, Google memilih
untuk menahan sementara kode sumber Android untuk tablet yang dirilis dengan
versi 3.0 Honeycomb.
Menurut Andy
Rubindalam sebuah posting blog resmi Android, alasannya karena Honeycomb dirilis untuk berjalan pada produk Motorola
Xoom, dan Google tidak
ingin pihak ketiga "memperburuk pengalaman pengguna" dengan mencoba
mengoperasikan versi Android yang ditujukan untuk tablet pada telepon pintar. Kode
sumber tersebut akhirnya dipublikasikan pada bulan November 2011 dengan
dirilisnya Android 4.0 Ice
Cream Sandwich.
Meskipun bersifat terbuka,
produsen perangkat tidak bisa menggunakan merek
dagang Android
Google seenaknya, kecuali Google menyatakan bahwa perangkat tersebut sesuai
dengan Compatibility Definition Document (CDD) mereka. Perangkat juga harus
memenuhi lisensi persyaratan aplikasi sumber tertutup Google, termasuk Google
Play. Richard
Stallman dan Free Software Foundation telah mengkritik mengenai rumitnya
permasalahan merek Android ini, dan merekomendasikan sistem operasi alternatif
seperti Replicant. Mereka
berpendapat bahwa pemacu
peranti dan perangkat
tegar yang
diperlukan untuk mengoperasikan Android bersifat eksklusif, dan Google Play
juga menawarkan perangkat lunak berbayar.
Penerimaan
Android disambut dengan hangat
ketika diresmikan pada tahun 2007. Meskipun para analis terkesan dengan
perusahaan teknologi ternama yang bermitra dengan Google untuk membentuk Open
Handset Alliance, masih diragukan apakah para produsen ponsel akan bersedia
mengganti sistem operasinya dengan Android. Gagasan
mengenai sumber terbuka dan platform
pengembangan berbasis
Linux telah menarik minat para pakar teknologi, tapi juga muncul kekhawatiran mengenai
persaingan ketat yang akan dihadapi Android dengan pemain mapan di pasar
telepon pintar seperti Nokia dan Microsoft. Nokia
menanggapinya dengan menyatakan: "kami tidak melihat ini sebagai
ancaman," sementara salah satu anggota tim Windows
Mobile Microsoft
menyatakan: "Saya tidak mengerti, dampak apa yang akan mereka
hasilkan."
Android dengan cepat tumbuh
menjadi sistem
operasi telepon
pintar yang paling banyak digunakan, dan menjadi "salah satu sistem
operasi seluler tercepat yang pernah ada." Para peninjau memuji sifat sumber terbuka
Android sebagai salah satu kekuatan yang menentukan keberhasilannya,
memungkinkan perusahaan-perusahaan seperti Amazon (Kindle
Fire), Barnes
& Noble (Nook), Ouya, Baidu, dan
yang lainnya, untuk berbondong-bondong merilis perangkat lunak dan perangkat
keras yang bisa beroperasi pada versi Android. Alhasil, situs teknologi Ars Technica menyebut Android sebagai "sistem operasi
standar untuk meluncurkan perangkat keras baru" bagi perusahaan tanpa
harus memiliki platform seluler sendiri. Sifat
Android yang terbuka dan fleksibel juga dinikmati oleh pengguna: Android
memungkinkan penggunanya untuk mengkustomisasi perangkatnya secara ekstensif,
dan aplikasi juga tersedia bebas di toko aplikasi non-Google dan di situs-situs
pihak ketiga. Faktor ini menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh
ponsel Android jika dibandingkan dengan ponsel lainnya.
Meskipun Android sangat populer,
dengan tingkat aktivasi perangkat tiga kali lipat lebih tinggi dari iOS, ada
laporan yang menyatakan bahwa Google belum mampu memanfaatkan produk mereka
secara maksimal, dan layanan web pada akhirnya mengubah Android menjadi
penghasil uang, seperti yang telah diperkirakan oleh para analis sebelumnya. The
Verge berpendapat
bahwa Google telah kehilangan kontrol terhadap Android karena luasnya
kustomisasi yang bisa dilakukan oleh pengembang dan pengguna, juga karena
tingginya proliferasi aplikasi dan layanan non-Google – misalnya Amazon Kindle
Fire mengarahkan
pengguna untuk mengunjungi Amazon app store, yang bersaing langsung dengan
Google Play. SVP Google, Andy
Rubin, yang posisinya sebagai kepala divisi Android digantikan pada bulan
Maret 2013, disalahkan karena gagal dalam membangun kemitraan yang sehat dengan
para produsen ponsel. Pemimpin utama produk-produk Android di pasar global
adalah Samsung; salah
satu produknya, Galaxy,
berperan penting dalam pengenalan merek Android sejak tahun 2011. Sedangkan produsen ponsel Android lainnya
seperti LG, HTC, dan Motorola
Mobility milik
Google, telah berjuang keras untuk memasarkan produknya sejak tahun 2011.
Ironisnya, di saat Google tidak mendapatkan apapun dari hasil penjualan produk
Android secara langsung, Microsoft dan Apple malah berhasil memenangkan gugatan atas
pembayaran royalti paten dari produsen perangkat Android.
Android juga dikatakan sangat
"terfragmentasi",yaitu suatu kondisi saat berbagai perangkat Android,
baik dari segi variasi perangkat keras dan perbedaan perangkat lunak yang
berjalan, ditugaskan untuk mengembangkan aplikasi agar bisa berjalan secara
konsisten, lebih rumit jika dibandingkan dengan iOS, yang aplikasinya kurang
bervariasi. Sebagai contoh, menurut dataOpenSignal pada Juli 2013, terdapat 11.868 model
perangkat Android dengan berbagai ukuran layar dan versi Android, sedangkan
sebagian besar pengguna iOS menggunakan perangkat iPhone dengan versi terbaru.
Tablet
Meskipun sukses di telepon
pintar, pengadopsian Android untuk komputer
tablet awalnya
berjalan lambat. Salah satu
penyebab utamanya adalah adanya situasi yang dikenal dengan "ayam
atau telur", yaitu kondisi ketika konsumen ragu-ragu untuk membeli
tablet Android karena kurangnya aplikasi tablet yang berkualitas tinggi,
sementara di sisi lain, para pengembang juga ragu-ragu untuk menghabiskan waktu
dan sumber daya mereka untuk mengembangkan aplikasi tablet sampai tersedianya
pasar yang signifikan bagi produk tersebutKonten dan "ekosistem"
aplikasi terbukti lebih penting jika dibandingkan dengan spesifikasi perangkat keras setelah dimulainya penjualan
tablet. Karena kurangnya aplikasi untuk tablet pada 2011, tablet Android
awalnya terpaksa harus memasang aplikasi yang diperuntukkan bagi telepon
pintar, sehingga ukuran layarnya tidak cocok dengan layar tablet yang besar.
Selain itu, lambannya pertumbuhan tablet Android juga disebabkan oleh dominasi iPad Apple yang memiliki banyak aplikasiiOS yang kompatibel dengan tablet.
Pertumbuhan aplikasi tablet
Android perlahan-lahan mulai meningkat, namun, di saat yang bersamaan, sejumlah
besar tablet yang menggunakan sistem operasi lain seperti HP
TouchPad dan BlackBerry PlayBook juga
dirilis ke pasaran untuk memanfaatkan keberhasilan iPad. InfoWorldmenjuluki
bisnis ini dengan sebutan "bisnis Frankenphone"; suatu peluang
investasi rendah jangka pendek yang memaksakan penggunaan OS telepon pintar
Android yang dioptimalkan (sebelum Android 3.0 Honeycomb untuk tablet dirilis) pada perangkat
dengan mengabaikan antarmuka pengguna. Pendekatan ini gagal meraih traksi pasar
dengan konsumen serta memperburuk reputasi tablet Android. Terlebih lagi,
beberapa tablet Android seperti Motorola
Xoom dibanderol
dengan harga yang sama, atau lebih mahal dari iPad, yang semakin memperburuk
penjualan. Pengecualian ada padaKindle
Fire Amazon, yang
dijual dengan harga lebih murah dan kemampuan untuk mengakses konten dan
"ekosistem" aplikasi Amazon.
Hal ini mulai berubah pada tahun
2012 dengan dirilisnya Nexus 7, dan
adanya dorongan dari Google kepada para pengembang untuk menciptakan aplikasi
tablet yang lebih baik Pangsa
pasar tablet Android akhirnya berhasil menyalip iPad pada pertengahan 2012.
Pangsa
pasar
Perusahaan riset Canalys
memperkirakan bahwa pada kuartal kedua 2009, Android memiliki pangsa penjualan
telepon pintar sebesar 2,8% di seluruh dunia. Pada
kuartal keempat 2010, jumlah ini melonjak menjadi 33%, menjadi platform telepon pintar terlaris di dunia. Hingga
kuartal ketiga 2011, Gartner memperkirakan lebih dari setengah (52,5%)
pasar telepon pintar global dikuasai oleh Android. Menurut IDC, pada kuartal ketiga 2012,
Android menguasai 75% pangsa pasar telepon pintar global.
Pada bulan Juli 2011, Google
mengungkapkan bahwa terdapat 550.000 perangkat Android baru yang diaktifkan
setiap harinya, meningkat dari 400.000 per hari pada bulan Mei, dan secara
total, lebih dari 100 juta perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia,
dengan pertumbuhan 4,4% per minggu. Pada bulan September 2012, 500 juta
perangkat Android telah diaktifkan, dengan 1,3 juta aktivasi per hari. Pada Mei
2013, di Google I/O, Sundar
Pichai mengumumkan bahwa total perangkat Android yang telah diaktifkan
berjumlah 900 juta.
Pangsa pasar Android bervariasi
menurut lokasi. Pada bulan Juli 2012, pangsa pasar Android di Amerika
Serikat adalah
52%, dan meningkat hingga
90 % di RRC. Selama kuartal ketiga 2012, pangsa
pasar telepon pintar Android di seluruh dunia adalah 75%,dengan total perangkat
yang diaktifkan berjumlah 750 juta dan 1,5 juta aktivasi per hari.
Pada bulan Maret 2013, pangsa
Android di pasar telepon pintar global dipimpin oleh produk-produk Samsung,
yakni sebesar 64%. Perusahaan riset pasar, Kantar, melaporkan bahwa platform
besutan Google menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan perangkat
telepon pintar di RRC selama periode ini. Masih pada periode yang sama, tingkat
loyalitas terhadap penggunaan produk-produk Samsung di Inggris (59%) adalah yang tertinggi kedua setelah
Apple (79%).
Hingga November 2013, pangsa
pasar Android dikabarkan telah mencapai 80%. Dari 261,1 juta telepon pintar
yang terjual pada bulan Agustus, September, dan Oktober 2013, sekitar 211 juta
di antaranya adalah perangkat Android.
Penggunaan
platform
Tabel di bawah ini menampilkan
data mengenai persentase jumlah perangkat Android yang mengakses Google Play
baru-baru ini, dan menjalankan platform Android versi tertentu hingga tanggal1
November 2013. Android
4.1/4.2/4.3 Jelly Bean adalah versi Android yang paling
banyak digunakan, yakni sekitar 50% dari keseluruhan perangkat Android di
seluruh dunia.
Versi
|
Nama
kode
|
Tanggal
rilis
|
Distribusi
|
|
31
Oktober 2013
|
19
|
|||
24 Juli
2013
|
18
|
2,3%
|
||
13
November 2012
|
17
|
12,5%
|
||
9 Juli
2012
|
16
|
37,3%
|
||
16
Desember 2011
|
15
|
19,8%
|
||
15 Juli
2011
|
13
|
0,1%
|
||
10 Mei
2011
|
12
|
0,0%
|
||
9
Februari 2011
|
10
|
26,3%
|
||
6
Desember 2010
|
9
|
0%
|
||
20 Mei
2010
|
8
|
1,7%
|
||
26
Oktober 2009
|
7
|
0%
|
||
15
September 2009
|
4
|
0%
|
||
30
April 2009
|
3
|
0%
|
Pembajakan
aplikasi
Ada beberapa kekhawatiran
mengenai mudahnya aplikasi berbayar Android untuk dibajak.[183] Pada bulan Mei 2012, Eurogamer,
pengembang Football Manager,
menyatakan bahwa rasio pemain bajakan vs pemain asli adalah 9:1 pada permainan
buatan mereka. Namun, tidak semua
pengembang mempermasalahkan tingkat pembajakan ini; pada Juli 2012, pengembang
permainan Wind-up Knight mengungkapkan bahwa tingkat pembajakan pada permainan
mereka hanya 12%, dan sebagian besarnya berasal dari Cina, negara yang pengguna
Androidnya tidak bisa membeli aplikasi dari Google Play.
Pada 2010, Google merilis sebuah
alat yang berfungsi memvalidasi pembelian resmi untuk digunakan dalam aplikasi,
tetapi pengembang mengeluh bahwa hal itu tidak cukup efisien. Google menjawab
bahwa alat tersebut dimaksudkan sebagai kerangka sampel bagi para pengembang
untuk memodifikasi dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan
sebagai solusi untuk mengakhiri pembajakan.[186] Pada tahun 2012, Google merilis sebuah fitur
dalam Android 4.1 yang mengenskripsikan aplikasi berbayar sehingga aplikasi
tersebut hanya bisa berjalan pada perangkat tempat mereka dibeli, namun fitur
ini dinonaktifkan untuk sementara karena masalah teknis.
Masalah hukum
Baik Android maupun produsen
ponsel Android telah terlibat dalam berbagai kasus hukum paten. Pada
tanggal 12 Agustus 2010, Oracle menggugat
Google atas tuduhan pelanggaran hak cipta dan paten yang berhubungan dengan
bahasa pemrograman Java. Oracle awalnya menuntut ganti rugi
sebesar $6,1 miliar, namun tuntutan ini ditolak oleh pengadilan federal Amerika
Serikat, yang meminta Oracle untuk merevisi gugatannya. Sebagai tanggapan,
Google mengajukan beberapa pembelaan, mengklaim bahwa Android tidak melanggar
paten atau hak
ciptaOracle, bahwa paten Oracle tidak valid, dan beberapa pembelaan
lainnya. Pihak Oracle menyatakan bahwa Android berbasis pada Apache Harmony,
implementasi clean room perpustakaan kelas Java, dan secara
independen mengembangkan mesin virtual yang disebut Dalvik. Pada
bulan Mei 2012, juri dalam kasus ini menemukan bahwa Google tidak melanggar
paten Oracle, dan hakim memutuskan bahwa struktur API Java yang digunakan oleh
Google tidak memiliki hak cipta.
Selain tuntutan secara langsung
terhadap Google, berbagai "perang proksi"
juga dilancarkan terhadap Android secara tidak langsung dengan menargetkan
produsen perangkat Android, dengan tujuan untuk memperkecil peluang produsen
tersebut mengadopsi platform Android dan meningkatkan biaya peluncuran produk
Android ke pasaran. Apple dan Microsoft menggugat beberapa produsen perangkat Android
terkait masalah pelanggaran paten; tuntutan Apple yang berkepanjangan terhadap
Samsung menjadi kasus yang sangat terpublikasi. Pada Oktober 2011, Microsoft
mengungkapkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian lisensi paten dengan
sepuluh produsen ponsel yang produk-produknya menguasai 55% pasar global
perangkat Android, termasuk Samsung dan HTC. Kasus
pelanggaran paten antara Samsung dan Microsoft berakhir dengan kesepakatan
bahwa Samsung akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk mengembangkan
dan memasarkan ponsel dengan sistem operasi Windows
Phone besutan
Microsoft.
Google secara terbuka menyatakan
kefrustrasiannya dalam menghadapi gugatan pelanggaran paten di Amerika Serikat,
menuduh bahwa Apple, Oracle, dan Microsoft sedang berupaya untuk melemahkan
kedigjayaan Android melalui litigasi paten, alih-alih berinovasi dan bersaing
dengan cara menciptakan produk dan layanan yang lebih baik. Pada 2011-2012,
Google membeliMotorola Mobility seharga
$12,5 miliar. Upaya ini dipandang sebagai langkah pertahanan Google untuk
melindungi Android, karena Motorola Mobility memegang lebih dari 17.000 hak
paten. Pada Desember 2011, Google juga membeli lebih dari seribu paten dari IBM.
Pada 2013, Fairsearch, sebuah organisasi yang
didukung oleh Microsoft, Oracle, dan lainnya, mengajukan keluhan terhadap
Android pada Komisi Eropa, menyatakan bahwa
distribusi perangkat Android yang bebas biaya merupakan bentuk persaingan harga
anti-kompetitif. Free
Software Foundation Europe, yang didonori Google, membantah
tuduhan Fairsearch.
Penggunaan di perangkat lain
Sony SmartWatch: contoh
perangkat pendamping Android.
Sifat Android yang terbuka dan
bisa dikustomisasi menyebabkan sistem operasi ini juga digunakan pada perangkat
elektronik lainnya, termasuk laptop dannetbook, smartbook, Smart TV (Google
TV), dan kamera (Nikon Coolpix S800c dan Galaxy Camera). Selain
itu, sistem operasi Android juga mengembangkan aplikasinya pada kacamata pintar
(Google Glass), jam
tangan, penyuara
kuping, CD mobil dan
pemutar DVD, cermin pemutar media portabel, jaringan
tetap, dan telepon
VoIP. Ouya, sebuah konsol permainan video yang menggunakan sistem
operasi Android, menjadi salah satu produk Kickstarter yang paling sukses, didanai sebesar $8,5 juta
untuk pengembangannya, yang kemudian diikuti oleh konsol permainan video
berbasis Android lainnya seperti Project Shield besutan Nvidia.
Pada tahun 2011, Google
memperkenalkan "Android@Home", teknologi otomatis baru yang
memanfaatkan Android untuk mengontrol beberapa alat-alat rumah tangga seperti
kontak lampu, soket listrik, dan termostat. Mengontrol
lampu dikatakan dapat dikendalikan dari ponsel atau tablet Android. Pimpinan
Android Andy Rubin menegaskan bahwa "menyalakan dan mematikan lampu
bukanlah hal yang baru, Google berpikir lebih ambisius dan tujuannya adalah
untuk menggunakan posisinya sebagai penyedia jasa awan guna membawa produk-produk Google ke rumah
pelanggan.
Pada bulan Agustus 2011, Parrot
meluncurkan sistem stereo mobil dengan platform Android, yang dikenal dengan
Asteroid dan dilengkapi dengan perintah suara. Pada September 2013, Clarion
merilis sistem stereo mobil dengan platform Android yang lebih maju, yang
dikenal dengan AX1 dan Mirage, menggunakan Android 2.3.7 dan 2.2 (Gingerbread)
dan dilengkapi dengan navigasi berbasis GPS, layar
6,5 inci, dan berbagai pilihan untuk akses data nirkabel.
Berbagai perangkat lainnya,
meskipun tidak menggunakan Android, juga dirancang dengan antarmuka yang
berfungsi sebagai pendamping atau pelengkap bagi perangkat Android, misalnya SmartWatch Sony atau Galaxy Gear Samsung.
Sumber dari wikipedia