Ini cerita lama yang sangat menarik. Selama perang Iran-Irak antara
tahun 1980-1988, para jendral Irak kebingungan karena rudal-rudal Exocet
canggih yang mereka tembakkan ke kapal-kapal perang Iran selalu
meleset. Iran seperti memiliki kemampuan "sihir" untuk mengambil alih
kendali rudal tersebut dan meledakkannya di udara. Kala itu para jendral
Irak tentu belum pernah berfikir para insinyur Iran telah memiliki
kemampuan "membajak" rudal musuh. Bingung oleh kondisi tersebut Irak
akhirnya memutuskan mencoba kemampuan rudal tersebut terhadap kapal
perang Amerika yang tidak lain adalah sekutunya sendiri yang banyak
mendukung Irak selama perang.
Kapal frigat Amerika USS Stark yang memiliki sistem pertahanan
canggih "Aegis" pun menjadi pilihan saat berlayar di Teluk Parsia.
Sebuah pesawat tempur Irak menembakkan 2 rudal Exocet ke arah kapal
malang tersebut, dan mengena dengan tepat. Satu rudal gagal meledak,
namun satu rudal yang lain menerobos ruang kabin, meledak dan menewaskan
37 pelaut Amerika dan melukai puluhan lainnya.
Amerika tentu saja marah kepada Irak meski tidak sampai pada tahap
menghentikan bantuannya pada Irak. Irak sendiri berdalih insiden
tersebut disebabkan kesalahan manusia dan berjanji memenuhi tuntutan
Amerika untuk menghukum mati sang pilot. Namun hukuman itu tidak pernah
dipenuhi Irak yang saat itu tengah mengalami kekurangan pilot tempur
karena banyak di antara mereka yang menjadi korban kelihaian pilot-pilot
tempur Iran.
Pada tahun 1997 Hizbollah, milisi Shiah Lebanon "didikan" Iran
berhasil menyadap komunikasi militer Israel yang berujung pada
keberhasilan organisasi tersebut melakukan sergapan terhadap satu regu
komando AL Israel dan menewaskan 12 orang tentara Israel. Israel
langsung mengklaim bahwa serangan tersebut terjadi secara kebetulan
belaka. Namun setelah Hizbollah menunjukkan ke publik rekaman komunikasi
dan gambar satelit pergerakan pasukan Israel, Israel pun menjadi salah
tingkah.
Keberhasilan Hizbollah mengacak-acak sistem komunikasi Israel tidak
berhenti sampai di situ. Dengan kemampuan tersebut Hizbollah bahkan
berhasil membuktikan bahwa pesawat-pesawat drone Israel terlibat dalam
pembunuhan mantan PM Rafiq Hariri tahun 2005. Dalam peristiwa Perang
Libanon II tahun 2006 Hizbollah juga berhasil mengalahkan tentara Israel
berkat kemampuan mereka menyadap komunikasi Israel.
Lalu dunia pun dikejutkan dengan keberhasilan Iran membajak pesawat
drone siluman paling canggih Amerika, RQ 170 Santinel serta keberhasilan
Hizbollah mengirimkan drone siluman menembus pertahanan udara Israel
hingga mendekati sarana paling vital Israel, reaktor nuklir Dimona. Maka
ketika baru-baru ini media-media massa internasioal memberitakan
pesawat drone Israel yang diledakkan sendiri oleh Israel karena
mengalami gangguan di udara, spekulasi pun beredar bahwa Hizbollah
berhasil membajak drone tersebut sehingga memaksa Israel meledakkannya
di udara sebelum melakukan hal-hal yang membahayakan.
Berita meledaknya drone (pesawat tanpa awak) tersebut awalnya
berasal dari media-media Israel sendiri. "Ynetnews" misalnya, Minggu
(12/5) lalu melaporkan bahwa Israel telah meledakkan drone canggih
"Shoval" (“Heron”) saat dalam misi pengintaian antara Tel Aviv dan
Netanya.
Tentang drone ini, pembuatnya mengklaim, "Drone yang diberi nama
Heron 1 (Shoval) ini akan membantu meningkatkan kemampuan AL dan AU
Israel dalam mengidentifikasi pesawat-pesawat dan kapal-kapal asing,
bahkan pada jarak 300 km, dengan radar yang bisa menjangkau Turki,
Siprus dan Mesir."
“Sistem yang dimiliki memungkinkannya melacak dan mengidentifikasi
setiap obyek dalam hitungan menit," papar seorang pejabat militer Israel
kepada "Ynetnews" sesaat setelah menunjukkan bagaimana kamera yang
terpasang pada drone tersebut menangkap detil sebuah kapal yang tengah
berlayar di Laut Mediterania.
“Shoval memiliki kemampuan komunikasi satelit yang berarti setiap
gambar yang diambilnya akan disiarkan secara online ke tempat-tempat
yang sangat jauh, seperti Paris,” tambahnya.
Dengan kecanggihannya tentu saja sangat sulit diterima pesawat
tersebut mengalami kesalahan teknis, kecuali jika ternyata pesawat
tersebut dibajak oleh musuh-musuh Israel seperti Hizbollah dan atau
Iran. Dan jika hal ini yang terjadi, maka mau tidak mau Israel harus
meng"grounded"-kan seluruh armada Shoval untuk mengganti semua program
penerbangan yang dibawanya. Karena sekali musuh bisa meretasnya, maka
selamanya drone tersebut tidak lagi berguna dan bahkan bisa menjadi
senjata makan tuan.
Sabtu, 25 Januari 2014
Kecangghian Drone Israel Dapat Dibajak Hizbollah!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar